Mari Bersatu Wujudkan Implementasi Hospital Without Wall Bersama RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo

Oleh: Sri Suryaningtyas, AMF

Praktisi Fisioterapi dan Anggota Tim Terpadu Geriatri  RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo

 

Hospital Without Wall merupakan program pemerintah yang memaksimalkan peranan rumah sakit di masyarakat dengan tidak hanya berkutat di sektor kuratif dan rehabilitatif akan tetapi menggiatkan usaha promotif dan preventif. Salah satunya dengan sistem jemput bola dengan menitik beratkan pada pembinaan masyarakat dengan pemberian edukasi kesehatan kepada masyarakat melalui kunjungan, sosialisasi, seminar, talkshow dan kegiatan lain yang sifatnya membina komunitas.

Harapannya dengan edukasi kesehatan yang tepat sasaran akan dapat meningkatkan taraf kesehatan masyarakat pada umumnya dan masyarakat Wonosobo pada umumnya sehingga berdampak positif pada peningkatan taraf kehidupan masyarakat secara menyeluruh. Konsep rumah sakit tanpa batas memuat perencanaan dan tata lakasan perawatan kesehatan yang melibatkan semua pihak secara komprehensif.

Hari ini, 22 Januari 2020 pokja MKE ( Management Komunikasi dan Edukasi) dan pokja Geriatri RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo mengadakan kegiatan penyuluhan dan deteksi dini kesehatan lansia kepada komunitas SSI 45 ( Senam Sehat Indonesia 45) di pedopo wakil bupati  Wonosobo sebagai salah satu bentuk usaha mewujudkan implementasi Hospital Without Wall ini.

Geriatri merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran yang mempelajari keadaan – keadaan fisiologis  dan penyakit- penyakit yang berhubungan dengan orang – orang lanjut usia dengan fokus pada penuaan dini dan tata laksana penyakit terkait usia lanjut. Kategori usia lansia adalah usia 60 tahun keatas.

Mensukseskan program“ hospital without wall” yang dicanangkan Gubernur Jawa Tengah melatar belakangi pelaksanaan kegiatan ini. Adapun tujuan kegiatan ini adalah mendekatkan  RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo dengan komunitas lansia di masyarakat sehingga dapat meningkatkan pelayanan geriatri berbasis masyarakat yang di era sekarang ini menjadi program nasional sekaligus target MDGs ( Millenium Development Goals).

Dari hasil wawancara dengan bapak H. Purwono Subagyo, SIP.MSI selaku ketua PWRI (Persatuan Wredatama Republik Indonesia), ketua FORMI (Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia), dan juga merangkap sebagai ketua SSI ( Senam Sehat Indonesia) kabupaten Wonosobo didapatkan informasi bahwa di kabupaten di Wonosobo terdapat 22 wahana kelompok Senam Sehat Indonesia dengan jumlah anggota mencapai  900 orang. Menurut beliau latar belakang dibentuknya komunitas lansia adalah bahwa lansia identik dengan berbagai masalah kesehatan sehingga perlu untuk saling berbagi ilmu dan pengalaman dalam  mengelola dan mempertahankan status kesehatannya.  Harapannya berbagai problem kesehatan bisa dicegah, diobati dan ditemukan solusinya.

Komunitas ini sudah mempunyai agenda kegiatan rutin, salah satunya adalah kegiatan Senam Sehat Indonesia. Khusus SSI 45 agenda senam rutin dilaksanakan 4 kali dalam sepekan yaitu pada hari Selasa, Rabu, Jum’at dan Sabtu dimulai pukul 06.00  WIB hingga pukul 07.00 WIB. Dihari Selasa dan Jum’at tema senamnya bebas ( Maumere, Poco- Poco, dll) sedangkan pada hari Rabu dan Sabtu khusus untuk Senan Sehat Indonesia. Senam Sehat Indonesia ini mencakup gerakan yang menfokuskan pada gabungan senam kesehatan saraf, senam kesehatan otot dan sendi, dan senam pernafasan.  Usai kegiatan senam, biasanya dilanjutkan dengan isian materi kesehatan atau  kerohanian. Selain itu ada juga  kegiatan arisan bulanan bagi anggota SSI 45.

Adapun perekrutan pelatihnya  dilakukan dengan cara mencetak kader pelatih yang harus lulus uji kompetensi ditingkat provinsi Jawa Tengah. Sampai saat ini jumlah pelatih SSI 45 ada 4 orang dari total 122 jumlah pelatih SSI sekabupaten Wonosobo. Pada tanggal 12 Januari, pengurus SSI kabupaten Wonosobo mengadakan Diklat sekaligus ujian pelatih dengan mendatangkan penguji dari propinsi. Bergabung dengan Wonosobo pada kesempatan ini kabupaten Batang yang mendatangkan 10 orang, kabupaten Purbolinggo 10 orang, dan kabupaten Temanggung 4 orang, sedangkan Wonosobo sebagi tuan rumah ada 51 orang.

Tidak hanya itu, pada tanggal 29 Juli 2019 SSI Wonosobo juga mengadakan kegiatan bersama dengan PWRI Wonosobo. Para lansia penuh semangat ini meramaikan Pantai Petanahan kabupaten Kebumen dengan kegiatan Senam Sehat Indonesia yang jumlah pesertanya mencapai 2.000 orang. Berbagai kegiatan ini banyak sekali manfaatnya bagi para lansia. Harapannya dengan rutin bergabung di komunitas SSI  para lansia dapat mengenali tubuhnya dengan lebih baik sehingga bisa mengetahui anjuran, pantangan, dan problem solvingnya.

Begitu juga dengan agenda kegiatan hari ini, 22 Januari 2020 merupakan wujud kepedulian RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo dan para lansia di komunitas SSI 45 akan masa depan kesehatan. Agenda diawali dengan senam sehat Indonesia dilanjutkan penyuluhan dan deteksi dini.  Tim Terpadu Geriatri sebagai pelaksana deteksi dini  dan perwakilan pokja MKE ( manajemen Komunikasi dan Edukasi ) yang bertanggung jawab pada program PKRS ( promosi kesehatan rumah sakit) memandu penyuluhan. Hadir dalam kesempatan ini dr. Widhi Prassidha Sunu, Sp.PD  sebagai nara sumber. Beliau adalah salah satu dokter spesialis penyakit dalam di RSUD KRT Setjonegoro. Naras sumber lain Ibu Musjawarah, SST.FT seorang fisioterapis ahli sekaligus penanggung jawab PKRS dan Ibu Wahyu Pramita Sari, Amd.Gizi sebagai nutrisionis (ahli gizi) di RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo.

Pelayan deteksi dini terbagi menjadi 3 pos utama. Pos satu melayani pemeriksaan tekanan darah dengan penanggung jawab dr. Yani Setiadi dan Susindah Sugiharti, Skep.Ns. Pos dua melayani pemeriksaan berat badan dengan penanggung jawab Ukhtiarida Insani, Amd.FT. Sedangkan pos tiga melayani pemeriksaan prosentase kadar oksigen dalam darah dan denyut nadi dengan penanggung jawab Sri Suryaningtyas, AMF. Data pemeriksaan menunjukkan status kesehatan lansia secara umum dan secara khusus bisa menjadi dasar screening awal untuk keamanan senam yang akan dilakukan oleh komunitas SSI 45 ini.

Adapun materi penyuluhan bertemakan Cara Menjaga  Kesehatan di Usia Lanjut. Sesi pertama dipandu oleh ibu Musjawarah,SST.FT yang menyampaikan pembahasan tentang pentingnya aktivitas fisik pada lansia. Materi yang disampaikan sangat penting seputar problematika aktifitas fisik lansia. Beliau menyampaikan bahwa usia lanjut adalah usia yang sangat rentan dimana pada usia ini terjadi penurunan kapasitas fisik yang akan berdampak besar pada penurunan status kesehatan lansia.

Penyakit yang diderita lansia sebagian besar tergolong penyakit degenerative yang bisa dikategorikan dalam 4 kelompok besar yaitu penyakit cardiovaskuler (penyakit jantung dan pembuluh darah), neuromuskuler (penyakit saraf dan otot), muskuloskeletal ( penyakit otot, tulang dan sendi), dan penyakit gangguan metabolisme tubuh (misalnya diabetes mellitus, galaktosemia, fenilketonuria dll).

Nara sumber juga membagi tips penting untuk menjaga kebugaran khusus lansia. Diantaranya dengan menerapkan perilaku hidup sehat, memperhatikan asupan nutrisi, melakukan olah raga yang rutin, teratur, dan terukur. Selain itu penting bagi lansia untuk selalu berpikiran positif.

Aktifitas fisik pada lansia bertumpu pada prinsip bahwa bergerak menjadi satu keharusan pada lansia, karena dengan bergerak akan menjaga sistem tubuh tetap normal dan menghambat penurunan kapasitas fisik dan fungsi.

Hal- hal yang perlu diperhatikan saat melakukan aktifitas fisik dan saat berolahraga diantaranya pastikan kondisi tubuh sehat, lakukan pemanasan sebelum melakukan aktifitas berat (dengan gerakan penguluran otot dan pernafasan), hindari olah raga dengan intensitas tinggi dan kompetitif, lakukan gerakan pendinginan (dengan penguluran dan gerakan pernafasan), kenali tanda – tanda (alarm) tubuh (misalnya pusing, lemas yang tidak biasa, berkeringat dingin, jantung berdebar- debar) maka segera hentikan aktifitas. Penting sekali untuk menjaga hidrasi tubuh dengan rutin minum air putih dan menjaga asupannya minimal 2liter perhari. Ibu ucha, panggilan akrab ibu Musjawarah juga menyarankan pada para lansia untuk mengontrol kondisi kesehatannya secara rutin dengan melakukan chek up kesehatan berkala.

Sesi ke dua membahas tentang nutrisi penting pada lansia. Hadir ibu Wahyu Pramita Sari, Amd.Gizi sebagai nara sumber. Bahasan utama terkait nutrisi khusus lansia dan mengupas tuntas tentang makanan penukar. Para lansia juga dibimbing untuk menilai status gizi mereka dengan menghitung IMT (Indeks Masa Tubuh). Rumus penghitungan IMT adalah berat badan dibagi kuadrat tinggi badan dalam satuan meter. Rumus IMT = BB : (TB)2,                       dengan catatan TB dihitung dalam satuan meter.

Jika hasil yang didapatkan kurang dari 18,5 maka status gizinya masuk kategori under weigh. Jika hasilnya 18,5-25 maka berarti status gizi nya normal. Angka IMT lebih dari 25-27 menunjukkan status gizi yang over weight, artinya kelebihan 10% dari batas normal. Sedangkan angka diatas 27 IMT menunjukkan status gizi obesitas dimana telah terjadi penumpukan jaringan adiposa / lemak dalam tubuh. Sesi kedua ditutup dengan diskusi menarik seputar gizi lansia.

Sesi ketiga dengan nara sumber dr. Widhi Prassidha Sunu, Sp.PD mengisi materi tentang pentingnya menjaga kesehatan lansia. Sesi ini diisi dengan lebih banyak diskusi tentang permasalahan lansia. Diskusi berlangsung sangat menarik, antusiasme  yang tinggi dari peserta dan petugas  membakar semangat dari awal hingga penghujung  acara. Ceremoni penutupan acara adalah foto bersama untuk mengabadikan momen berharga ini. Harapannya kedepan momen seperti ini bisa menjadi agenda rutin dan membawa manfaat bagi peningkatan taraf kesehatan masyarakat Wonosobo.

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *