Vaksinasi Hepatitis B ke-3

Salah satu program PPI dalam peningkatan kesehatan Karyawan-Karyawati RSUD KRT. Setjonegoro yaitu dengan mengadakan vaksinasi. Program kali ini yaitu Vaksinasi Hepatitis B, dan sudah tahap ke 3. Sebelum dilakukan vaksinasi dilakuakan cek laboratorium yaitu cek HBsAg dan Anti HBS.

Jalan menuju vaksin hepatitis B dimulai pada tahun 1963 ketika dokter/genetikawan Amerika Serikat, Baruch Samuel Blumberg, menemukan apa yang ia sebut “Antigen Australia” (sekarang disebut HBsAg) dalam serum suku Aborigin Australia.[31] Pada tahun 1968, protein ini ditemukan sebagai bagian dari virus yang menyebabkan “hepatitis serum” (hepatitis B) oleh ahli virologi Alfred Prince.[32] Ahli mikrobiologi/ vaksinolog Amerika Serikat Maurice Hilleman, yang meneliti di Merck, menggunakan tiga perlakuan (pepsin, urea, dan formaldehida) pada serum darah bersamaan dengan filtrasi ketat untuk menghasilkan produk yang dapat digunakan sebagai vaksin yang aman. Hilleman berhipotesis bahwa ia bisa membuat vaksin HBV dengan menyuntikkan protein permukaan hepatitis B kepada pasien. Secara teori, teknik ini akan sangat aman, karena protein permukaan ini tidak memiliki DNA virus menular. Sistem kekebalan tubuh, yang mengenali protein permukaan sebagai benda asing, akan memproduksi antibodi berbentuk khusus, dibuat untuk mengikat dan menghancurkan protein ini. Kemudian, di masa depan, jika pasien terinfeksi HBV, sistem kekebalan tubuh dapat segera menyebarkan antibodi pelindung, menghancurkan virus sebelum mereka dapat membahayakannya.[33]

Hilleman mengumpulkan darah dari pria gay dan pengguna narkoba suntikan—kelompok yang diketahui berisiko terkena virus hepatitis. Percobaan ini dilakukan pada akhir 1970-an ketika HIV belum diketahui obatnya. Selain mencari protein permukaan hepatitis B, sampel darah kemungkinan mengandung HIV. Hilleman merancang sebuah proses multilangkah untuk memurnikan darah ini sehingga hanya protein permukaan hepatitis B saja yang tersisa. Setiap virus yang diketahui terbunuh oleh proses ini, dan Hilleman yakin bahwa vaksin itu aman.[33]

Percobaan skala besar pertama untuk vaksin turunan darah ini dilakukan pada pria gay, sesuai dengan status mereka yang berisiko tinggi. Kemudian, vaksin Hilleman secara tidak benar disalahkan sebagai pemicu epidemi AIDS. (Lihat Wolf Szmuness) Akan tetapi, meski vaksin turunan darah yang dimurnikan itu tampak diragukan, ternyata vaksin tersebut memang bebas dari HIV. Proses pemurnian telah menghancurkan semua virus—termasuk HIV.[33] Vaksin ini disetujui pada tahun 1981.

Vaksin turunan darah hepatitis B ditarik dari pasaran pada tahun 1986 ketika Pablo DT Valenzuela, Direktur Penelitian Chiron Corporation, berhasil membuat antigen dalam ragi dan menemukan vaksin rekombinan pertama di dunia.[34] Vaksin rekombinan ini dikembangkan dengan memasukkan gen HBV yang mengkode protein permukaan ke dalam ragi Saccharomyces cerevisiae. Metode ini memungkinkan ragi hanya menghasilkan protein permukaan noninfektif tanpa bahaya mengenalkan DNA virus yang sebenarnya ke dalam produk akhir.[33] Vaksin ini masih digunakan sampai sekarang.

Pada tahun 1976, Blumberg telah memenangkan Nobel Fisiologi atau Kedokteran atas karyanya mengenai hepatitis B (berbagi dengan Daniel Carleton Gajdusek atas karyanya mengenai kuru). Pada tahun 2002, Blumberg menerbitkan sebuah buku berjudul Hepatitis B: The Hunt for a Killer Virus.[35] Dalam buku tersebut, menurut penulis biografi Paul Offit—penulis biografi Hilleman dan seorang vaksinologyang berpengalaman—Blumberg…

…mengklaim bahwa vaksin hepatitis B adalah penemuannya. Nama Maurice Hilleman disebutkan sekali…. Blumberg gagal menyebutkan bahwa Hillemanlah yang telah mengetahui bagaimana cara menginaktivasi virus hepatitis B, bagaimana cara membunuh semua virus lain yang mungkin terkontaminasi, bagaimana cara menghilangkan semua protein yang ditemukan dalam darah manusia, dan bagaimana melakukan semua ini sambil mempertahankan integritas struktural protein permukaan. Blumberg telah mengidentifikasi antigen Australia, sebuah langkah awal yang penting. Tapi semua langkah lainnya-satu langkah penting untuk membuat vaksin-milik Hilleman. Kemudian, Hilleman mengingat, “Saya pikir [Blumberg] pantas mendapat banyak pujian, tetapi ia tidak ingin memberi penghargaan pada orang lain.”[36]

 

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *